BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan
manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis
untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut
embrio (minggu-minggu
awal) dan kemudian janin (sampai
kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida
atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida
0.
Dalam
banyak masyarakat definisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi menjadi
tiga periode triwulan, sebagai cara
memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin. Triwulan pertama membawa
risiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa
triwulan ke-2 perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Triwulan ke-3
menandakan awal 'viabilitas', yang berarti
janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran
dipaksakan.
Dalam
renatang waktu kehamilan banyak penyakit yang dapat menyertai kehamilan itu
sendiri, segala sesuatu yang terjadi selam masa kehamilan dapat memberikan
banyak efek pada kondisi kehamilan itu sendiri. Salah satu penyakit penyerta
kehamilan adalah diabetes gestasional atau yang sering disebut dengan DMG (
Diabetes Melitus Gravidarum)
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6%
dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut
pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi
glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan
diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan
apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di
bawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.
Insiden
DMG ini memerlukan suatu perhatian yang lebih serius dari tenaga medis dalam
penanganannya, mengingat begitu banyak faktor yang dapat menjadi pencetus DMG
itu sendiri. Penanganan DM pada kehamilan haruslah dibedakan dengan penangan DM
biasa karena dalam penangannya, tenaga medis juga harus memerhatikan baik
kesehatan ibu maupun janin.
Sehingga
patutlah polemik ini diangkat dalam suatu makalah yang dapat dipergunakan
sebagai salah satu referensi dalam penanganan terhadap penyakit diabetes
gestasional ini.
B. Tujuan
1. Tujuan
Khusus
Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
Diabetes Melitus Gestasional
2. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami:
a. Definisi diabetes melitus gestasional
b. Etiologi diabetes melitus gestasional
c. Tanda dan gejala diabetes melitus gestasional
d. Pathofisiologi diabetes melitus
gestasional
e. Pathway diabetes melitus gestasional
f. Komplikasi diabetes melitus gestasional
g. Pemeriksaan penunjang diabetes melitus
gestasional
h.
Penatalaksanaan
medis diabetes melitus gestasional
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Definisi
Diabetes melitus
adalah gangguan yang kompleks dari metabolisme karbohidrat yang disebabkan
terutama oleh berkurangnya sebagian atau seluruh sekresi insulin oleh sel β
pankreas.
Diabetus melitus
gestasional (DMG) adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa
terganggu) maupun berat (diabetes melitus), terjadi atau diketahui pertama kali
saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah
mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini
dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil.
Diabetes Mellitus
Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai
tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita
perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester
pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon
terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis
sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
B. Etiologi
DMG dapat
disebabkan oleh:
1.
penghancuran sel beta pankreas terkait respon imun
2.
penghancuran sel beta pankreas secara idiopatik
3.
resistensi dari insulin
4.
mutasi ginetik pada fungsi sel beta pankreas
5.
penyakit pada pankreas (pangkreatitis, kristik
fibrosis)
6.
infeksi (cytomegalovirus, coxsackievirus,
congenetal rubella)
7.
obat-obatan
C. Faktor resiko
Faktor-faktor yang
mempengaruhi DMG dalah
1.
Riwayat keluarga menderita diabetes melitus
2.
Wanita lebih dari 30-35 tahun
3.
Wanita dengan obesitas
4.
Ada riwayat pernah melahirkan bayi berukuran
besar, lahit mati atau bayi yang dilahirkan cacat
5.
Ada riwayat infeksi saluran kemih saat hamil
6. Multiparitas
7. Kelainan
anak lebih besar dari 4000 g
8. Bersifat
keturunan
9. Pada
pemeriksaan terdapat gula dalam urine
10. Riwayat
kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati, Sering
mengalami keguguran
11. Glokusuria
12. Riwayat preeklamsi/ eklamsia
13. Hidramnion
D.
Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala:
1.
Polidipsis
2.
Poliuri
3.
Polifalgia
4.
Penurunan BB
5.
Lemah
6.
Mengantuk (samnolen)
7.
Dapat timbul ketoasidosis
E. Patofisiologi
Pada DMG, selain
perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana
jumlah/ fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi
perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya,
komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi,
kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi
terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi
komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai
komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga
mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
G. Komplikasi Diabetes
Melitus
Diabetes gestasional
bisa menimbulkan komplikasi pada wanita hamil. Misalnya saja menyebabkan
kelahiran bayi prematur, peningkatan risiko keguguran, menimbulkan gangguan
organ-organ tertentu (jantung dan otak), dan meningkatkan risiko mengandung
bayi yang hyperinsulinemia (bayi yang tinggi kadar gula darahnya saat
dalam kandungan dan menurun drastis saat dilahirkan).
Walaupun
selama masa hamil seorang wanita menderita diabetes gestasional, ia bisa
melahirkan bayi yang sehat dan normal asalkan wanita hamil tersebut mendapatkan
penanganan yang tepat oleh ahli yang tepat pula.
Ada dua kategori
komplikasi diabetes melitus:
1. Komplikasi akut
a. Ketoasidosis diabetika
-
Pernafasan kusmaul (cepat dan dalam)
-
Penurunan tingkat kesadaran
-
Pernafasan bau aseton
b. Hipoglikemi: berkeringat, gemetar, sakit
kepala, palpitasi
c. Hiperglikemia
2. Komplikasi kronik
a. Mikroangiopati/mikrovaskuler
·
Neuropati, sering terjadi sebagai komplikasi dari diabetes, terjadi
karena jaringan sudah tidak mendapat suplai darah yang memadai, jaringan sudah
tidak mendapat difusi nutrisi dan oksigen. Ketika akson dan dendrit tidak
mendapatkan makanan, maka transmisi dari rangsang melambat. Pada penderita
Diabetes Mellitus dapat mengalami neuropati yang mempengaruhi sistem saraf
otonom dan perifer.
Pada keadaan ini terjadi gastroparesis yaitu
motilitas pencernaan yang lambat sehingga klien merasa penuh pada perut,
kembung, diare, inkontinensia dan impotensi pada laki-laki.
·
Nefropati
Salah satu akibat dari mikroangiopati ini
adalah terjadinya kerusakan dari glomerulus ginjal. Kerusakan dari glomerulus
ini mengakibatkan perubahan patologis yang kompleks. Adanya protein dalam urine
merupakan indikasi awal adanya penyakit pada ginjal.
·
Retinopati
Retina adalah salah satu struktur esensial
dalam mata, mempunyai kebutuhan oksigen yang tinggi dari jaringan lain dalam
tubuh, jika retina mengalami gangguan aliran darah dan oksigen maka dapat
menyebabkan kerusakan pada retina. Katarak juga dapat terjadi yang disebabkan
oleh adanya hiperglikemi yang berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan
lensa dan kerusakan lensa.
b. Makrovaskuler
·
Penyakit arteri koroner
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh arteri
koroner menyebabkan peningkatan insiden infark miokard pada penderita diabetes.
Pada penyakit diabetes terdapat peningkatan kecenderungan untuk mengalami
komplikasi akibat infark miokard dan kecenderungan untuk mendapatkan serangan
infark yang kedua. Salah satu ciri unik pada penyakit arteri koroner yang
diderita oleh pasien-pasien diabetes adalah tidak terdapatnya gejala iskemik
yang khas.
·
Penyakit serebrovaskuler
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah
serebral atau pembentukan embolus di tempat lain dalam sistem pembuluh darah
sehingga terjepit dalam pembuluh darah serebral dapat menimbulkan iskemia
sepintas (TIA = Transient Ischemic Attack) dan stroke. Penyakit serebrovaskuler
pada pasien diabetes.
·
Penyakit vaskuler perifer
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah
besar pada ekstremitas bawah merupakan penyebab meningkatnya insiden (dua atau
tiga kali lebih tinggi dibandingkan pada pasien-pasien non diabetes) penyakit
oklusif arteri perifer pada pasien-pasien diabetes. Tanda-tanda dan gejala
penyakit vaskuler perifer dapat mencakup berkurangnya denyut nadi perifer dan
klandikasio (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan).
·
Perubahan ekstremitas bawah
Perubahan-perubahan makrovaskuler dan
neuropati semuanya menyebabkan perubahan-perubahan pada ekstremitas bawah.
Perubahan yang terjadi karena hilangnya fungsi saraf-saraf sensorik. Keadaan
ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang
dapat menyebabkan gangren
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik:
1.
Hemoglobin glukosa (HbAcl) kadar glukosa serum
acak
2.
Kadar keton urine
3.
Protein urine dan kreatinin (24 jam)
4.
Tes fungsi tiroid
5.
Hemoglobin hematokrit
6.
Kadar estriol
7.
Tes toleransi glukosa
8.
Albumin glukosa
9.
Elektrodiagram
10. Kultur vagina
11. Tes nonstres (NST)
12. Ultrasonografi
13. Contraction stress test
(CST)
14. Oxytocyn chalenge test
(OCT)
15. Amnionsintesis
16. Kriteria profil biofisik
I.
Penatalaksanaan medis
1.
Mengatur diet
Diet
yang dianjurkan pada bumil DMG adalah 30-35 kal/kg BB, 150-200 gr karbohidrat,
125 gr protein, 60-80 gr lemak dan pembatasan konsumsi natrium. Penambahan
berat badan bumil DMG tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln. Dan konsumsi kalsium dan
vitamin D secara adekuat. Makanan disajikan menarik dan mudah diterima. Diet
diberikan dengan cara tiga kali makan utama dan tiga kali makanan antara
(snack) dengan interval tiga jam. Buah yang dianjurkan adalah buah yang kurang
manis, misalnya pepaya, pisang, apel, tomat, semangka, dan kedondong.
Dalam
melaksanakan diit sehari-hari hendaknya mengikuti pedoman 3J yaitu ;
J1
: Jumlah kalori yang diberikan harus habis.
J2
: Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan interval.
J3
: Jenis makanan yang manis harus dihindari.
Penentuan
jumlah kalori Untuk menentukan jumlah kalori penderita DM yang hamil/menyusui
secara empirik dapat digunakan umus sebagai berikut ;
( TB – 100 ) x 30 T1 + 100 T3 + 300 T2 + 200 L + 400
Keterangan:
TB : Tinggi badan. T3 : Trimester III
T1 : Trimester I L : Laktasi/menyusui
T2 : Trimester II
2.
Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut :
Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya
kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang
sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama
dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah
atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia
dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin
perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada
140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial.
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari
berikutnya cadangan hidrat arang berkurang dan kebutuhan terhadap insulin
berkurang yang mengakibatkan mudah mengalami hipoglikemia bila diet tidak
disesuaikan atau dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin yang kurang
hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalah
tafsirkan sebagai koma diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita
dalam persalinan dan nifas dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan
diberi infus glukosa dan insulin pada hiperglikemia berat dan keto asidosis
diberi insulin secara infus intravena dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk
mengatasi komplikasi yang berbahaya.
Penanggulangan Obstetri pada penderita yang penyakitnya
tidak berat dan cukup dikuasi dengan diit saja dan tidak mempunyai riwayat
obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus spontan sampai kehamilan 40
minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena prognosis
menjadi lebih buruk. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan
insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37
minggu. Lebih-lebih bila kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan
untuk menghindari kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio
sesarea dengan terlebih dahulu melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan
partus pervaginam, baik yang tanpa dengan induksi, keadaan janin harus lebih
diawasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus – menerus.
Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen
diet, menjaga berat badan ibu tetap ideal, terapi insulin untuk
menormalkan kontrol glikemik dan olah raga.
Insulin yang dapat digunakan untuk terapi
diantaranya:
a.
Humulin
1)
Komposisi : Humulin R Reguler
soluble human insulin (rekombinant DNA origin). Humulin N isophane human insulin
(rekombinant DNA
origin). Humulin 30/70 reguler soluble human insulin 30% & human insulin
suspensi 70% (rekombinant DNA origin).
2)
Indikasi : IDDM
3)
Dosis : Dosis
disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara injeksi SK, IM, Humulin
R dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja ½ jam, lamanya 6-8 jam, puncaknya 2-4 jam. Humulin N mulai kerja
1-2 jam, lamanya 18-24 jam, puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70 mulai kerja ½
jam, lamanya 14-15 jam, puncaknya 1-8 jam.
4)
Kontraindikasi :
Hipoglikemik.
5)
Peringatan :
Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi, diberikan bersama obat
hiperglokemik aktif.
6)
Efek sampinng :
Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi local atau
sistemik.
7)
Faktor resiko : pada
kehamilan kategori B
b.
Insulatard Hm/ Insulatard Hm
Penfill
1)
Komposisi :
Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA
asli.
2)
Indikasi :
DM yang memerlukan insulin
3)
Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari
(SK). Onset: ½ jam. Puncak: 4-12 jam. Terminasi: setelah 24 jam. Penfill harus
digunakan dengan Novo pen 3 dengan jarum Novofine 30 G x 8mm.
4)
Kontraindikasi
: Hipoglikemia.
5)
Faktor
resiko : pada kehamilan kategori B
c.
Actrapid Hm/Actrapid Hm
Penfill
1)
Komposisi :
Larutan netral dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli
2)
Indikasi :
DM
3)
Dosis :
Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau lebih
sehari. Penfill SK, IV, IM. Harus digunakan dengan Novo Pen 3 & jarum
Novofine 30 G x 8 mm. Tidak dianjurkan untuk pompa insulin. Durasi daya kerja
setelah injeksi SK: ½ jam, puncak: 1-3 jam. Terminasi setelah 8 jam.
4)
Kontraindikasi
: hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada pompa insulin.
5)
Peringatan
: Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan kebutuhan insulin.
Hamil.
6)
Efek
samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
7) Interaksi obat : MAOI, alcohol,
bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid,
kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan
kebutuhan insulin.
8)
Faktor
resiko : pada kehamilan kategori B
d.
Humalog/Humalog Mix 25
1)
Komposisi :
Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin lispro 25%, insulin
lispro protamine suspensi 75%.
2)
Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara
homeostasis normal glukosa. Humalog stabil awal untuk DM, dapat digunakan
bersama insulin manusia kerja lama untuk pemberian pra-prandial
3)
Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat
dari obat ini, membuat obat ini dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit
sebelum makan)
4)
Kontraindikasi
: hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk pemberian IV.
5)
Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan
emosional. Gagal ginjal atau gagal hati. Perubahan
aktivitas fisik atau diet. Hamil.
6)
Efek
samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local & sistemik.
7)
Interaksi
obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid dapat
menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin meningkat. Obat hipoglikemik oral,
salisilat, antibiotik sulfa, dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin
menurun.
8)
Faktor
resiko : pada kehamilan kategori B
e.
Mixtard 30 Hm/Mixtard Hm
Penfill
1)
Komposisi :
Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin & 70% isophane HM
insulin (monokomponen manusia). Rekombinan DNA asli.
2)
Indikasi :
DM yang memerlukan terapi insulin.
3)
Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2
x/hari. Onset: ½ jam. Puncak 2-8 jam. Terminasi setelah 24 jam. Penfill harus
digunakan dalam Novo Pen 2 dengan jarum Novofine 30 G x 8 mm.
4)
Kontraindikasi
: Hipoglikemia, insulinoma.
5)
Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat meningkatkan
kebutuhan insulin. Hamil.
6)
Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
7)
Interaksi obat : MAOI, alkohol, ? bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic
meningkatkan kebutuhan insulin.
8)
Faktor
resiko : pada kehamilan kategori B.
3.
Olah Raga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai
direkomendasikan untuk memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan
memperbaiki toleransi glukosa. Olah raga juga dapat membantu menaikkan berat
badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika dikombinasi
dengan pembatasan intake kalori.
No comments:
Post a Comment